Perilaku manusia adalah wujud dari penampakan sikap batin manusia itu sendiri. Poros perintahnya dari hati terus ke otak untuk memperagakannya. Dari poros ini, maka banyak kalangan berpendapat bahwa bening dan keruhnya itu pasti bersumber dari hulunya. Hulunya manusia itu adalah hati.
Sehingga perintah menjaga hati itu bermaksud memproteksi diri manusia agar hulunya itu jangan sampai kemasukan sesuatu yang merugikan.
Dan upaya ini juga untuk membuka hati menerima segala yang baik. Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadist-nya menyebut :
“Ketahuilah di dalam tubuh terdapat sepotong daging apabila ia baik, maka baiklah seluruh tubuh apabila ia rusak maka rusaklah seluruh tubuh itu, itulah “hati”.
Hadist ini mengandung pelajaran untuk manusia agar selalu menjaga hatinya supaya tetap baik sehingga melahirkan perilaku yang baik pula jangan sampai terjadi sebaliknya. Bagi kita yang beragama tentunya memandang bahwa peringatan tersebut sesungguhnya perintah untuk menjaga kepribadian kita dari berbagai perangkai buruk. Dan dalam pada itu perilaku baik/positif akan secara otomatis mengalir dan melekat pada diri kita. Sehingga penampakannya pun boleh dikatakan positif/konstruktif dalam realitas kehidupan masyarakat.
Persoalan terpenting adalah dengan cara apa kita menjaga hati itu. Terhadap persoalan ini Al-Qur’an secara tegas menjawab “hanya dengan dzikir”. Sebagaimana firman-Nya :
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah ingatlah, hanya dengan mengingati Allah lah hati menjadi tentram (QS. Al-Ra’du : 28)
Ternyata dzikrullah menjadi solusi teramat penting untuk mewujudkan hati yang tentram/damai lalu dzikrullah seperti apa yang bisa menentramkan hati kita? Sholat merupakan bentuk dzikrullah yang sangat ampuh menjaga ketentraman hati, sebagaimana firman-Nya :
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikan sholat untuk mengingat Aku (QS. Thaha : 14)
Mengapa sholat menjadi puncak dzikrullah? Karena dengan mendirikan sholat kita dapat tercegah dari perbuatan keji dan munkar (baca QS. Al-ankabut: 45)
Jadi dzikrullah yang diwujudkan dalam bentuk mendirikan sholat itu ujung-ujungnya adalah memelihara kepribadian kita dari segala bentuk perbuatan buruk. Ini berarti hati orang-orang sholat (mushollin) selamanya tetap terjaga dan ada ketentraman untuk melahirkan perilaku yang shahih (benar) dan shalih (baik).
Oleh karenanya ada orang yang sudah sholat mencapai puncak dzikrullah, lalu perilakunya tidak baik maka pastikan bahwa dia hanya sholat secara simbolik bukan otentik. Artinya sholat yang didirikan itu hanya sekedar basa-basi saja sehingga bukan mustahil pribadi orang seperti ini akan menjadi biang menimbulkan kerusakan.
Begitu pentingnya menjaga hati karena dari hati yang tentram, damai dan bersih akan melahirkan perilaku yang shalih secara individual maupun shalih secara sosial. Dan hal-hal seperti inilah yang diinginkan oleh masyarakat agar terciptanya ketentraman kolektif untuk kepentingan bersama pula. Jadi begitu indahnya kita menjaga hati dan karenanya kita harus berhati-hati, jangan sampai hati, sakit hati, apalagi makan hati. Ingat, dibalik kebaikan kita ada kepentingan bersama, yaitu terciptanya lingkungan sehat dan negeri yang damai (dar al salam). Ini semua bisa tejadi dan pasti terjadi kalau kita semua menjaga hati. Semoga!
Source : http://athohirluth.lecture.ub.ac.id/2014/02/menjaga-hati/comment-page-1/