Kesadaran untuk berbagi begitu ditekankan Rasulullah SAW. Jika objek yang dituju jelas dan amat butuh, maka jangan ragu untuk mengeluarkan harta terbaik yang kita miliki. “Siapa saja yang memiliki makanan untuk dua orang,” sabda Nabi SAW suatu kali, “bawalah orang ketiga dan siapa saja yang memiliki makanan untuk empat orang bawalah orang kelima dan seterusnya.” (HR Bukhari).
Ikatan sosial dalam bingkai amal menjadi sebuah pondasi yang amat kuat dalam masyarakat Islam. Yang punya dan mampu tidak harus dipaksa dengan berbagai aturan-aturan. Mereka memiliki kesadaran agar rela berbagi. Kesadaran ini berkelindan dengan seberapa tinggi keyakinannya kepada Allah SWT. Balasan-balasan orang yang berinfak adalah balasan-balasan ukhrawi.
Sementara orang yang menerima, mereka tetap bisa beraktivitas dengan bantuan dari saudaranya. Mereka fokus mendalami Alquran dan berjihad di jalan Allah jika panggilan itu datang. Bantuan tak membuat mereka malas diri dan tergantung.
Mereka tak memanfaatkan kemurahan hati saudaranya untuk berleha-leha. Ahlu Suffah adalah murid-murid yang senantiasa hadir dalam setiap majelis-majelis ilmu Rasulullah. Mereka semakin rajin meraih keutamaan dan amal nyata.
Berharap balasan yang agung membuat setiap insan tergerak untuk mengalokasikan pengeluaran untuk amal-amal di jalan Allah. Pengeluaran yang sunah dan wajib dalam bentuk zakat ditunaikan demi mengharap ganjaran yang setimpal.
Di sisi lain, kesadaran orang untuk berbagi “dimanfaatkan” beberapa pihak dengan menyengaja menjadi kaum papa. Mereka mengulurkan tangan dengan aktif, sesekali memaksa. Mereka menahbiskan diri sebagai orang yang paling pantas untuk dibantu. Pekerjaan mereka bukan berjihad atau fokus beribadah sehingga tak sempat berkarya. Namun, mereka fokus meminta sehingga tak sempat beribadah.
Jika yang terjadi seperti itu, pemberian hanya tinggal pemberian. Tak ada penguatan ikatan. Yang satu hanya sebatas memberi, sementara yang menerima hanya berharap menerima. Berinfak seharusnya memberikan efek kuatnya ikatan.
Ada hubungan erat antara sang pemberi dan yang menerima. Infak harus menguatkan bangunan peradaban. Infak menjadi pengokoh dasar terbentuknya masyarakat Islam dalam bentuknya yang paling sederhana, ukhuwah.
Sumber : http://khazanah.republika.co.id