Dari Pelosok Kelumbayan untuk Harapan Sehat Elvano

Kelumbayan – Di balik tubuh mungilnya, Elvano adalah bocah tangguh yang sejak lahir harus melawan penyakit jantung bawaan. Tim LAZDAI Peduli berkesempatan datang langsung ke rumahnya di Kampung Brebes, Desa Lengkukai, Kecamatan Kelumbayan Barat untuk mengantarkan bantuan pengobatan. Perjalanan menuju kediaman Elvano bukanlah hal mudah. Hampir tiga jam tim menempuh jalan berbatu, sempit, dan berjarak sekitar 10 kilometer. “Kalau berobat ke Bandar Lampung kami harus menginap 2–3 hari. Biayanya cukup berat bagi kami, jadi kadang kami kesulitan melanjutkan pengobatan anak. Harapan kami Elvano tetap bisa menjalani pengobatannya,” tutur Yanti, ibu Elvano. Elvano telah menjalani satu kali operasi jantung dan kini masih membutuhkan pengobatan rutin serta operasi lanjutan. Kebutuhan bulanannya sekitar Rp700 ribu, sedangkan biaya operasi berikutnya diperkirakan mencapai Rp50 juta. Kedua orang tuanya berharap Elvano dapat melanjutkan pengobatan di RS Jantung Harapan Kita, Jakarta. “Semoga bantuan yang kami berikan ini bisa sedikit meringankan Elvano, dan harapannya masyarakat juga turut peduli pada ananda Elvano,” ujar Putri dari tim LAZDAI. Meski medan perjalanan penuh tantangan, tekad tulus untuk hadir langsung menjadi bukti nyata bahwa kebaikan mampu menembus jarak. Dari pelosok terjauh sekalipun, harapan itu tetap menyala.
“Keikhlasan dalam Pelukan Takdir Allah”

Keikhlasan adalah kelapangan hati dalam menghadapi hal-hal yang tidak terduga, yang telah ditetapkan oleh Allah Yang Mahakuasa. Baik berupa kehilangan, maupun sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan. Namun, ketika kita benar-benar mengenal dan memahami Allah sebagai Tuhan Yang Mahakuasa, maka hati akan menjadi lebih lapang dalam menerima segala ketetapan-Nya. Sebab Allah tidak akan pernah meninggalkan hamba-Nya yang telah menerima takdir-Nya dengan ikhlas di dalam hati. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman dalam 📖 QS. An-Nisa (4): 6: “Dan cukuplah Allah sebagai pemberi balasan.” Ketika kita meyakini bahwa Allah Maha Adil dan Maha Pemberi Balasan, maka hati tidak perlu merasa gundah gulana, lisan tidak perlu mengucapkan kata-kata hanya demi mendapatkan pengakuan, dan jiwa tidak perlu melakukan perlawanan. Sebab setiap air mata, ataupun luka yang tergores oleh ekspetasi yang tidak sesuai, dan tidak ada yang sia-sia di hadapan Allah Yang Mahakuasa. Apabila hati belum mampu sepenuhnya mengikhlaskan, maka ingatlah bahwa Allah telah menciptakan segala sesuatu di dunia ini dengan takaran yang paling sempurna, sesuai dengan porsi dan kebutuhan masing-masing hamba-Nya. Tidak ada satu pun yang terjadi secara kebetulan di dunia ini semuanya telah tertulis dengan sempurna dalam Lauh Mahfuzh sebelum kita diciptakan. Sebagaimana yang telah Allah firmankan dalam: 📖 QS. Al-Hadid (57): 22 “Tiada suatu musibah pun yang menimpa di bumi dan pada dirimu sendiri, melainkan telah tertulis dalam Lauh Mahfuzh sebelum Kami menciptakannya.” 📖 QS. Al-Qamar (54): 49 “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” Dan Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 216: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” Jika hatimu belum mampu mengikhlaskan, maka cukupkan terlebih dahulu dengan percaya bahwa Allah tidak pernah salah dalam menggenggam kehidupan hamba-Nya. Yakinlah setiap langkah yang ditempuh menuju keikhlasan adalah jalan menuju kedamaian, yang hanya dapat diberikan oleh Allah, Tuhan yang paling memahami isi hati setiap hamba-Nya.
Mendidik dengan Cinta: Pentingnya Kasih Sayang dalam Pendidikan Anak

Pendidikan anak adalah tanggung jawab besar yang diemban oleh setiap orang tua dan pendidik. Dalam Islam, kasih sayang merupakan fondasi utama dalam mendidik anak. Rasulullah Muhammad SAW adalah teladan terbaik dalam hal ini; beliau selalu menunjukkan cinta dan perhatian kepada anak-anak, mengajarkan kita bahwa kasih sayang adalah kunci untuk membentuk karakter dan kepribadian mereka. Dengan mendidik anak dengan cinta, kita membantu mereka tumbuh dalam lingkungan yang aman dan penuh kasih, yang sangat penting bagi perkembangan emosional mereka. Kasih sayang dalam pendidikan tidak hanya mencakup perhatian fisik, tetapi juga dukungan emosional dan mental. Anak-anak yang merasa dicintai dan dihargai cenderung lebih percaya diri dan memiliki motivasi untuk belajar. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman dalam QS. Luqman:14, yang menekankan pentingnya kasih sayang orang tua kepada anak. Ketika orang tua memberikan kasih sayang, anak-anak merasa diterima dan dihargai, yang berkontribusi pada perkembangan mental dan spiritual mereka. Selain itu, mendidik dengan cinta juga melibatkan penerimaan terhadap perbedaan dan kesalahan anak. Dalam proses belajar, anak pasti akan mengalami kegagalan dan kesalahan. Sebagai orang tua atau pendidik, penting untuk memberikan dukungan dan dorongan agar mereka tidak merasa putus asa. Allah berfirman dalam QS. Al-Anfal: 61 yang mengajarkan kita untuk selalu berpegang pada prinsip perdamaian dan kasih sayang. Dengan pendekatan ini, anak-anak belajar untuk tidak hanya menerima kesalahan mereka, tetapi juga untuk bangkit dan mencoba lagi. Pentingnya kasih sayang dalam pendidikan anak juga terlihat dalam hubungan antara guru dan murid. Seorang guru yang menunjukkan cinta dan perhatian kepada muridnya akan menciptakan suasana belajar yang positif. Dalam konteks pendidikan Islam, guru berperan sebagai pembimbing yang tidak hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga membentuk karakter murid. Dengan menunjukkan kasih sayang, guru dapat membangun kepercayaan dan hubungan yang baik dengan murid, yang akan memudahkan proses pembelajaran. Akhirnya, mendidik dengan cinta adalah investasi jangka panjang dalam kehidupan anak. Ketika anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang penuh kasih, mereka akan membawa nilai nilai tersebut ke dalam kehidupan mereka, menjadi individu yang mampu mencintai dan menghargai orang lain. Dalam konteks masyarakat, ini akan menghasilkan generasi yang lebih baik, yang saling menghormati dan mendukung satu sama lain. Dengan demikian, pendidikan yang dilandasi kasih sayang tidak hanya bermanfaat bagi individu, tetapi juga untuk masyarakat secara keseluruhan, menciptakan lingkungan yang harmonis dan penuh kasih.
Serumah dengan Berbeda Tujuan: Membangun Kehidupan yang Baik dalam Kebersamaan

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai berbagai latar belakang dan tujuan yang berbeda di dalam satu rumah. Setiap individu memiliki impian, harapan, dan cita-cita yang unik, namun hal ini tidak seharusnya menjadi penghalang untuk membangun kehidupan yang harmonis. Memahami perbedaan adalah langkah awal yang penting, di mana setiap anggota keluarga perlu menghargai karakteristik satu sama lain. Komunikasi yang efektif juga kunci untuk mengatasi perbedaan tujuan; setiap anggota keluarga harus merasa didengar dan dihargai pendapatnya. Menetapkan nilai-nilai bersama, seperti kejujuran dan kasih sayang, dapat menjadi fondasi yang kuat untuk kehidupan yang baik. Selain itu, dukungan dan kerjasama antar anggota keluarga sangat penting, di mana saling membantu dalam mencapai impian masing-masing merupakan bentuk amal kebajikan yang dianjurkan dalam Islam. Dalam menghadapi konflik, penting untuk tetap tenang dan mencari solusi yang bijaksana, mendiskusikan masalah secara terbuka untuk mencapai kesepakatan. Terakhir, berdoa dan bersyukur atas segala keadaan menjadi aspek yang tak kalah penting dalam membangun kebersamaan. Dengan saling memahami dan mendukung, keluarga dapat menciptakan lingkungan yang harmonis meskipun memiliki tujuan yang berbeda, menjadikan perbedaan sebagai anugerah dalam ukhuwah.
Islam dan Toleransi: Membangun Harmoni dalam Keberagaman

Islam mengajarkan nilai-nilai toleransi dan penghormatan terhadap perbedaan, baik dalam keyakinan, budaya, maupun latar belakang sosial. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman dalam QS. Al-Hujurat: 13, yang mengingatkan bahwa manusia diciptakan dalam berbagai suku dan bangsa agar saling mengenal dan menghargai. Ayat ini menunjukkan bahwa perbedaan bukanlah penghalang, melainkan sebuah anugerah yang seharusnya memperkaya kehidupan sosial kita. Dengan memahami bahwa setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda, kita dapat menciptakan ikatan yang lebih kuat dalam masyarakat. Toleransi dalam Islam juga tercermin dalam ajaran Nabi Muhammad SAW, yang selalu menunjukkan sikap menghargai perbedaan. Beliau berinteraksi dengan berbagai kalangan, termasuk non-Muslim, dengan penuh rasa hormat dan kasih sayang. Dalam peristiwa peristiwa sejarah, seperti Piagam Madinah, Nabi Muhammad menunjukkan pentingnya kerjasama dan saling menghargai antar umat beragama. Ini menjadi contoh nyata bahwa hidup berdampingan dengan perbedaan adalah suatu keharusan dalam menciptakan masyarakat yang damai. Selain itu, Islam mengajarkan bahwa setiap manusia memiliki hak untuk menjalani kehidupan sesuai dengan keyakinannya masing-masing. Dalam QS. Al-Baqarah: 256, Allah menegaskan bahwa “Tidak ada paksaan dalam agama.” Prinsip ini menjadi dasar untuk menghormati pilihan orang lain dan mendorong dialog yang konstruktif. Dengan mengedepankan prinsip ini, kita dapat membangun komunikasi yang efektif, mengurangi konflik, dan menciptakan suasana saling percaya di antara berbagai kelompok di masyarakat. Akhirnya, membangun toleransi dalam keberagaman bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga masyarakat secara keseluruhan. Pendidikan yang menanamkan nilai-nilai toleransi dan penghormatan terhadap perbedaan sangat penting. Melalui keluarga, sekolah, dan komunitas, kita dapat menanamkan sikap saling menghargai dan memahami satu sama lain. Dengan demikian, kita dapat menciptakan masyarakat yang harmonis, di mana perbedaan menjadi kekuatan dan bukan penghalang dalam membangun kehidupan yang lebih baik.
Isra Mi’raj di Desa: Menyemarakkan Spirit Spiritual dan Kebersamaan

Isra Mi’raj adalah peristiwa penting dalam sejarah Islam yang memperingati perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa (Isra) dan kemudian naik ke langit (Mi’raj). Peristiwa ini tidak hanya memiliki makna spiritual yang mendalam, tetapi juga dapat menjadi momentum untuk memperkuat ikatan sosial di level komunitas, terutama di desa. Merayakan Isra Mi’raj di desa dapat menjadi sarana yang efektif untuk mendalami nilai-nilai keagamaan sekaligus mempererat tali persaudaraan antarwarga. Dalam konteks desa, perayaan Isra Mi’raj sering kali diadakan dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Kegiatan ini biasanya dimulai dengan pengajian dan ceramah yang mengupas makna dan hikmah dari perjalanan Nabi Muhammad. Dengan mengundang tokoh agama setempat, masyarakat dapat mendalami ajaran Islam dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Ini juga menjadi kesempatan bagi generasi muda untuk belajar tentang sejarah Islam dan pentingnya menjaga keimanan. Selain pengajian, perayaan Isra Mi’raj di desa sering kali diwarnai dengan berbagai kegiatan sosial, seperti bakti sosial, pembagian makanan, atau kegiatan amal. Ini merupakan bentuk nyata dari penerapan ajaran Islam tentang kepedulian terhadap sesama. Dengan berbagi kepada yang membutuhkan, masyarakat desa dapat merasakan kebersamaan dan saling mendukung. Kegiatan ini juga dapat memperkuat rasa solidaritas dan kepedulian sosial di antara warga desa. Momentum Isra Mi’raj juga dapat digunakan untuk memperkuat nilai-nilai kebangsaan dan persatuan. Di tengah beragam tantangan yang dihadapi, seperti perpecahan dan konflik sosial, perayaan ini mengingatkan kita akan pentingnya persatuan umat. Dalam ceramah dan diskusi, tokoh agama bisa menekankan bahwa nilai-nilai yang diajarkan dalam Islam, seperti kasih sayang, toleransi, dan keadilan, harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik di tingkat keluarga maupun masyarakat. Perayaan Isra Mi’raj di desa bukan hanya sekadar ritual keagamaan, tetapi juga merupakan kesempatan untuk merenungkan perjalanan spiritual kita masing-masing. Dengan mengingat peristiwa ini, kita diingatkan akan pentingnya meningkatkan kualitas ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Melalui perayaan ini, diharapkan setiap individu dapat merenungkanmakna perjalanan Nabi Muhammad dan berkomitmen untuk mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, desa bukan hanya menjadi tempat tinggal, tetapi juga menjadi komunitas yang saling mendukung dalam menjalankan ajaran agama.
Puasa Tidak Hanya Menahan Lapar, tetapi Juga Menjaga Hati
Puasa selama bulan Ramadan sering kali dipahami hanya sebagai ritual untuk menahan lapar dan haus, tetapi sebenarnya maknanya jauh lebih dalam. Bagi mahasiswa yang sering terjebak dalam kesibukan akademik, puasa juga mengajarkan kita untuk menahan diri dari berbagai hal, bukan hanya fisik, tetapi juga emosional dan mental. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali terprovokasi oleh berbagai hal yang bisa merusak ketenangan hati, seperti perasaan cemas, marah, atau bahkan iri terhadap orang lain. Puasa memberikan momen untuk merenung, memperbaiki diri, dan menjaga hati agar tetap bersih dari perasaan negatif yang bisa mengganggu pikiran dan tindakan kita. Selain itu, puasa juga mengajarkan pentingnya kesabaran dan kontrol diri. Sebagai mahasiswa yang sering kali menghadapi stres, tenggat waktu tugas, dan interaksi sosial yang kadang penuh tantangan, kemampuan untuk menahan diri dari godaan atau reaksi negatif menjadi sangat berharga. Kita diajarkan untuk tidak hanya menahan lapar secara fisik, tetapi juga menahan berbagai dorongan emosi yang bisa merusak hubungan sosial dan kualitas diri. Dengan menjaga hati, kita dapat lebih bijak dalam bersikap dan menghadapi masalah yang datang, baik itu dalam perkuliahan, pertemanan, atau kehidupan pribadi. Di balik semua itu, puasa juga memberikan kesempatan untuk memperbaiki hubungan kita dengan orang lain dan dengan diri sendiri. Dengan berbagi dan memberi kepada sesama, kita belajar untuk lebih peka terhadap kondisi orang lain dan lebih rendah hati. Sebagai mahasiswa, interaksi dengan teman-teman dan dosen adalah bagian penting dalam perjalanan akademik kita. Puasa mengingatkan kita untuk selalu menjaga hubungan yang harmonis dan tidak mudah tersinggung, karena hati yang bersih akan membawa kita pada kedamaian batin yang akan tercermin dalam hubungan kita dengan orang lain.
“Menggali Makna Ramadan: Kesempatan untuk Berbagi dan Bersyukur”

Bulan Ramadan adalah bulan kesembilan dalam kalender Hijriyah yang memiliki keistimewaan bagi umat Islam. Selama bulan Ramadan, umat Islam diwajibkan untuk berpuasa dari fajar hingga matahari terbenam, yang berarti menahan diri dari makan, minum, dan berbagai hal yang dapat membatalkan puasa. Ramadan adalah waktu yang penuh berkah, di mana umat Islam berusaha untuk meningkatkan ibadah, memperbanyak doa, membaca Al-Qur’an, dan melakukan amal baik. Bulan puasa adalah waktu yang tepat untuk mengevaluasi kehidupan, sebab di bulan yang suci ini kita menghapus semua perbuatan buruk yang telah kita lakukan. Dengan bulan yang mulia ini, kita dapat merasakan perjuangan orang-orang yang kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar, seperti makan dan minum. Melalui pengalaman berpuasa, kita dapat memahami tantangan yang mereka hadap maka dari itu, kita dapat mengulurkan tangan untuk memberikan bantuan. Bulan ini juga mengajarkan kita untuk bersyukur atas segala nikmat yang kita miliki dan berupaya memberikan dampak positif dalam kehidupan orang lain. Oleh karena itu, marilah kita memanfaatkan bulan yang penuh berkah ini untuk meningkatkan kepedulian kita terhadap sesama. Kita bisa mulai dengan melakukan amal, baik itu melalui sedekah, berbagi makanan, atau membantu mereka yang membutuhkan di sekitar kita. Akhirnya, mari kita jadikan bulan Ramadan ini sebagai momentum untuk berkomitmen dalam melakukan kebaikan, tidak hanya selama bulan suci, tetapi juga setelahnya. Dengan demikian, kita dapat terus menebar kebaikan dan menjadi sumber inspirasi bagi orang lain dalam menjalani kehidupan yang lebih bermakna.
Bulan ramadhan dan keutamaannya :
Bulan Ramadhan adalah bulan kesembilan dalam kalender Hijriah yang di dalamnya umat Islam menjalankan ibadah puasa. Bulan ini juga disebut sebagai bulan Syayidul suhul atau rajanya. 6 Keutamaan bulan Ramadhan : 1. Bulan Ramadhan penuh berkah dan ampunan. 2. Amal kebaikan di bulan Ramadhan dibalas dengan pahala yang berlipat ganda 3. Di bulan Ramadhan, Allah SWT menurunkan wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW 4. Di bulan Ramadhan, umat muslim berlomba-lomba dalam kebaikan 5. Di bulan Ramadhan, umat muslim mendekatkan diri kepada Allah SWT 6. Di bulan Ramadhan, umat muslim dianjurkan untuk memperbanyak doa