Di kota Bandar Lampung, Pak Hermansyah menjalani kehidupan sebagai buruh parkir dan pedagang dengan penghasilan yang tak menentu. Meski begitu, ia tak pernah menyerah untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Bersama istrinya, Ibu Siti Aminah, yang membantu dengan menjual es batu, mereka bekerja keras demi memastikan kedua anaknya mendapatkan pendidikan yang layak. Pendidikan adalah impian terbesar mereka, sehingga mereka bertekad menyekolahkan anak-anaknya di pondok pesantren meski biaya yang diperlukan cukup besar. Mereka rela mengorbankan kenyamanan hidup demi menciptakan masa depan yang lebih baik untuk anak-anaknya.
Setiap malam, Pak Hermansyah berbincang dengan anak-anaknya tentang cita-cita mereka, menyampaikan harapannya agar mereka bisa menimba ilmu di pondok pesantren. Semangat dari kedua anaknya dan dukungan penuh dari Ibu Siti Aminah menjadi penyemangat meski tubuh lelah setelah bekerja seharian. Meskipun hidup sederhana, kasih sayang dan perhatian selalu menjadi prioritas dalam keluarga ini. Bahkan, ketika ada kebutuhan mendesak untuk sekolah, Pak Hermansyah dan istrinya tak ragu bekerja lebih keras dan mengurangi kebutuhan rumah tangga demi memenuhi keperluan pendidikan anak-anak mereka.
Perjuangan mereka pun berbuah manis ketika salah satu anaknya lulus SMA dengan nilai baik dan menerima penghargaan atas pengabdian di pondok pesantren. Di momen wisuda itu, Pak Hermansyah merasa jerih payahnya terbayar meskipun ia sadar perjuangannya belum usai. Kisah keluarga ini menjadi bukti bahwa cinta dan kerja keras seorang ayah tidak pernah sia-sia. Setiap langkah kecil yang diambil dengan semangat dan doa adalah fondasi bagi masa depan cerah anak-anaknya.