Dua minggu sudah terlewati bulan Syawal. Mungkin ada diantara kita yang sudah kembali rindu dengan Ramadhan. Rindu akan suasananya yang begitu khas, rindu akan rangkaian ibadah yang dijalankan dengan penuh khusuk.
Setiap malam, selepas shalat Isya, mudahnya menunaikan shalat Tarawih di tengah lelahnya pekerjaan kantor, padahal pada hari-hari biasa sulit dilakukan shalat Isya berjamaah, kemudian shalat sunah bakdiyah. Setiap malam, bisa bangun sebelum Subuh menunaikan shalat Tahajud untuk sahur, padahal pada hari-hari biasa sulit dilakukan.
Setiap hari selama Ramadhan, tanpa sarapan pagi dan makan siang, bisa bekerja seperti biasa.
Setiap hari, dimudahkan tilawah Alquran hingga satu atau dua kali khatam, padahal pada hari-hari biasa sulit dilakukan. Hampir setiap hari bisa bertemu keluarga dan anak-anak di meja iftar atau sahur menjadi momentum kembali ke keluarga. Pada Ramadhan, mudahnya berinfak, sedekah, menyalurkan zakat mal, dan aktivitas berbagi lainnya. Begitu terasa pertolongan dan karunia dari Allah SWT pada Ramadhan ini.
Pertanyaannya, apa yang Allah SWT inginkan dengan ibadah-ibadah Ramadhan tersebut? Ibadah Ramadhan ini ingin melahirkan pribadi bertakwa sebagaimana firman Allah SWT yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS al-Baqarah: 183).
Allah SWT memudahkan beribadah saat Ramadhan agar terlatih beribadah kepada Allah SWT, beribadah soial, dan dekat dengan keluarga. Tilawah, shalat Tarawih, Tahajud dimudahkan agar terbiasa dan menanamkan keimanan. Lapar dan haus yang dirasakan agar terlatih menahan dan mengendalikan diri. Jika sudah terlatih dan terbiasa tidak hanya saat Ramadhan, tetapi juga di bulan-bulan setelahnya.
Ketika akhir Ramadhan tiba, kita bermuhasabah. Selama Ramadhan ini, berapa kali khatamkan Alquran? Berapa kali shalat Tahajud? Berapa kali iktikaf pada 10 hari terakhir Ramadhan? Berapa infak yang sudah ditunaikan? Berapa zakat mal yang sudah ditunaikan?
Sudahkah semakin ingat dengan Allah SWT? Sudahkah semakin dekat dengan Allah SWT? Sudahkah bisa menahan diri dari kemaksiatan? Jika termasuk orang yang banyak amalnya saat Ramadhan maka bersyukur atas karunia Allah SWT. tetapi, jika belum mengoptimalkan ibadahnya selama Ramadhan maka beristighfar dan meningkatkan amal ibadah pada bulan-bulan setelah Ramadhan.
Semoga, bisa meniti hari-hari di bulan Syawal dan bulan-bulan setelahnya dengan bekal ibadah di bulan Ramadhan; dengan bekal ketakwaan kepada Allah SWT. Kebiasaan Ibadah, kebiasaan dekat dengan keluarga, kebiasaan ibadah sosial tidak boleh berhenti dengan selesainya Ramadhan. Tilawah harus berlanjut, Tahajud harus berlanjut, agar lebih taat kepada Allah SWT agar sukses Ramadhan, agar lebih taat setelah Ramadhan.
Sumber : https://www.republika.co.id