Seberapapun jauhnya kapal berlayar, dengan tujuan akhir ialah dermaga. Saat kapal berlayar, nahkoda hanya dapat menerka-nerka apa yang akan dihadapi selama perjalanan. Tak tahu apa yang sebenarnya terjadi, seberapa besar ombak dan angin yang menerjang kapal. Belum lagi beban yang dibawa olehnya; ia harus tetap berlayar untuk sampai di dermaga penantiannya. Ombak di lautan yang menjadi teman perjalanan, namun ada pula ombak yang menjadi lawan dan dapat menghancurkan di saat-saat yang tidak terduga. Nahkoda itu memegang kompas di tangan untuk mengarahkan tujuan, dengan penuh keyakinan, keberanian, dan tentunya harapan bahwa pelayaran yang ia tempuh adalah yang benar, yang akan membawa ke dermaga tujuannya.
Tahukah kamu, yang paling berat saat kapal itu akan meninggalkan dermaga untuk berlayar ke dermaga berikutnya? Yaitu perasaan perpisahan, meninggalkan kenyamanan dan kepastian, untuk memasuki lautan yang penuh teka-teki dan ketidakpastian.
Laut adalah kehidupan tanpa kepastian, menyimpan misteri, dapat memberikan kesenangan dan juga ketakutan. Akan tetapi, kapal itu harus berlayar dengan penuh keberanian untuk meninggalkan dermaga. Ini bukan hanya tentang keberanian, tetapi tentang keyakinan di balik ketidakpastian itu, bahwa dermaga penantian sudah menunggu dan perjalanan akan segera dimulai.
Dari pelayaran kapal menuju dermaga mencerminkan kehidupan dengan tujuan akhir kebahagiaan. Saat kapal meninggalkan dermaga, seperti kita keluar dari kenyamanan untuk mengejar kebahagiaan abadi yang akan diraih. Setiap perjalanan membawa harapan bahwa dermaga baru akan lebih indah. Ombak, badai, dan angin seperti cobaan dalam kehidupan yang selalu menghalangi dan mengguncang kita dengan realita yang tidak sesuai harapan. Begitu pula, kita belajar bagaimana menemukan kekuatan di saat semuanya terlihat mustahil. Dengan itu, kita tersadar bahwa kebahagiaan tidak mudah diraih tanpa usaha. Kepercayaan pada arah kompas seperti kepercayaan kita pada Tuhan yang memberi petunjuk di saat datangnya kegelapan dan kesepian.
Sampainya di dermaga, bukan hanya kebahagiaan yang didapatkan, melainkan kisah abadi yang memberikan pelajaran berharga, yang menjadi bekal untuk pelayaran berikutnya.
Begitulah, perlayaran kapal berada di tengah birunya air laut menuju dermaga. Bukan seberapa cepatnya sampai dermaga, tetapi seberapa besar usaha kapal itu bertahan di tengah badai untuk tetap berada di arah yang tepat untuk sampai di dermaga penantiannya. Kisah kapal yang berjuang di tengah badai akan dikenang sebagai kisah abadi dengan penuh kebanggaan, dibandingkan cepatnya kapal menuju dermaga tanpa badai.